Jumat, 06 Januari 2012

KARYA TULIS ILMIAH

KARYA TULIS ILMIAH
PEMAHAMAN KARYA SASTRA LAMA TENTANG PENGENALAN PANTUN

Dosen pembimbing : Drs. Jamilin Tinambunan M.Ed
Disusun oleh : Epi Yunita
Kelas 3A

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Dan tidak lupa pula salawat beriring salam penulis sampaikan atas junjungan alam Nabi besar Muhammad Saw, yang berjasa besar membangun akhlak manusia sehingga menjadi manusia yang lebih beradab dan berilmu pengetahuan seperti saat sekarang ini.
Penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini tak terlepas dari dukungan dosen pembimbing saya, terimakasih banyak saya ucapkan kepada dosen pembimbing bapak Drs.Jamilin Tinambunan M.Ed, dan terimakasih juga kepada penulis buku-buku yang berkaitan dengan pantun yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Karena berkat dukungan dosen dan buku-buku yang dijadikan pedoman dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah. Sehingga penulis bisa menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Pemahaman Karya Sastra Lama tentang Pengenalan Pantun.
Penulis menyadari karya ini belumlah sempurna atau sesuai dengan yang diharapakan, maka dari itu penulis mengharapakan saran dan kritik dari semua pihak, sebagai penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Pemahaman Karya Sastra Lama tentang Pengenalan Pantun dapat mempermudah kita untuk memahami, mengenal dan melestarikan karya sasatra Nusantara.

Pekanbaru 2011

Penulis



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................. i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. .. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
1.1.2 Latar Belakang Masalah...................................................................................... 1
1..1.2 Tujuan................................................................................................................ 2
1.2 Ruang Lingkup Pantun........................................................................................ 3
1.3 Kerangka Teori.................................................................................................... 4
1.4 Pembahasan Tentang Pengenalan Pantun........................................................... 5
1.4.1 Sejarah Tentang Pantun............................................................................... 5
1.4.2 Kedudukan Pantun....................................................................................... 5
1.4.3 Perkembangan Dalam Pantun........................................................................ 6
1.4.4 Pengertian Dan Struktur Pantun.................................................................... 6
1.4.5 Syarat Pantun................................................................................................ 7
1.4.6 Jenis Pantun Berdasarkan Bentuknya........................................................... 7
1.4.7 Pantun Menurut Isinya.................................................................................. 8
1.4.8 Fungsi Pantun................................................................................................ 9
1.5 Hasil Pembahasan Tentang Pantun........................................................................ 10
BAB II PENUTUP
2.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 11
2.2 Saran.................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 12
BAB I PEMBAHASAN
1.1 PENDAHULUAN
1.1.1Latar Belakang Masalah
Menyimak puisi lama, kita dapat mengenal kehidupan masyarakat lama yang penuh keterikatan dengan budaya dan adat istiadat yang tak lekang dipanas, tak lapuk dihujan. Mempelajari bentuk-bentuk puisi lama khususnya pantun, kita dapat melihat ketinggian budi, ketajaman imajinasi masyarakat lama. Hubungan mereka begitu dekat dengan alam atau lingkungan sekitarnya. Alam dijadikan sebagai alat untuk berkomunikasi dengan tujuan agar memberikan nilai-nilai untuk mendidik diri, seperti nilai agama, sosial, budaya dan sebagainya.
Melalui pemahaman karya sastra lama tentang pengenalan pantun dan penyajian gagasannya yang memperlihatkan bagaimana bentuk pantun itu, apa saja yang terdapat dalam pantun itu, akan memberikan kemudahan bagi masyarakat unuk mengenal kembali karya sastra lama yang mungkin sudah tidak banyak lagi diminati dan dilestarikan Masyarakat.

1.1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini ialah agar masyarakat memahami dan mengenal kembali tentang Pantun. Karena sekarang bisa kita lihat budaya kita banyak dipengaruhi oleh budaya luar. Dengan adanya Pemahaman Karya Sastra Lama Tentang Pengenalan Pantun semoga dapat menumbuhkan minat kita untuk menjaga dan melestarikan budaya yang diwariskan oleh nenek moyang kita.






1.2 Ruang Lingkup Pantun
Pantun adalah puisi lama yang terikat oleh syarat-syarat tertentu dengan ciri-ciri tertentu, ciri-ciri pantun sebagai berikut:
1.2.1 Pantun terdiri dari sejumlah baris selalu genap yang merupakan satu kesatuan yang disebut bait.
1.2.2 Setiap baris terdiri dari empat kata yang dibentuk dari 8-12 suku kata( umumnya sepuluh suku kata.
1.2.3 Bait pertama merupakan sampiran dan bait berikutnya merupakan isi.
1.2.4 Persajakan antara sampiran dan isi selalu berparalel (ab-ab atau abc-abc dan sebagianya.
Berdasarkan bentuk dan jumlah baris tiap bait dapat dibedakan menjadi:
1.2.1 Pantun Biasa yaitu pantun yang terdirir dari empat baris
1.2.2 Pantun Kilat atau Karmina yaitu pantun yang tersusun atas dua baris
1.2.3 Talibun terdiri dari empat baris tetapi selalu genap jumlahnya, bagian awal merupakan sampiran dan bagian akhir merupakan isi.
1.2.4 Seloka adalah pantun yang terdiri dari empat baris sebait tetapi persajakannya datar aaaa.
Berdasarkan isinya pantun dapat dibedakan menjadi:
1.2.1 Pantun Anak-anak yaitu, pantun bersuka ria dan pantun bersuka cita
1.2.2 Pantun Orang Muda yaitu, pantun berkenalan, pantun berkasih-kasihan, pantun perceraian, pantun beriba hati dan pantun dagang.
1.2.3 Pantun Orang Tua yaitu pantun nasehat, pantun agama, dan pantun adat
1.2.4 Pantun Jenaka
1.2.5 Pantun Teka-teki



1.3 Kerangka Teori
Pendapat para ahli tentang Pantun
1.3.1 Menurut Dr.R. Brandstetter, berkebangsaan Swiss
Menurut Brandstetter Pantun berasal dari akar kata tun, yang terdapat dari berbagai bahasa Nusantara, misalnya dalam bahasa Pampanga, tuntun berarti Teratur, dalam bahasa Tagalog Tonton berarti Bercakap. Menurut aturan tertentu dalam bahasa Jawa Kuno Tuntun berarti Benang, dan Atuntun yang berarti Teratur dan Matuntun yang berarti Memimpin. Dalam bahasa Toba pantun berarti Kesopanan atau Kehormatan. Dalam Bahasa Melayu pantun berarti Quatrain, yaitu Sajak Berbaris Empat, dengan rima a-b-a-b sedangkan dalam bahasa Sunda, pantun berarti Cerita Panjang Yang Bersajak dan Didiringi Oleh Musik.
1.3.2 Menurut R.o. Winstedt
Menurut Winstedt ia setuju dengan pendapat Barandstetter bahwasanya dalam bahasa Nusantara , kata- kata yang mempunyai akar kata yang berarti “ Baris, Garis”, selanjutnya akan mempunyai arti yang baru yaitu “ Kata-Kata Yang Tersusun” baik dalam bentuk prosa maupun puisi.

1.4 Pembahasan Tentang Pengenalan Pantun
1.4.1 Sejarah Tentang Pantun
Pantun pada mulanya adalah senandung atau puisi rakyat yang dinyanyikan.Dalam kesusastraan, pantun pertama kali muncul dalam sejarah melayu dan hikayat-hikayat populer yang sezaman. Kata pantun sendiri mempunyai asal usul yang cukup panjang. Dengan persamaan dari bahasa jawa yaitu kata Parik yang berarti Pari, artinya Paribasa atau Peribahasa dalam bahasa Melayu. Arti ini juga berdekatan dengan umpama dan seloka yang berasal dari india.
1.4.2 Kedudukan Pantun
Dalam masyarakat lama pantun menjadi kepandaian bersama yang tidak diketahui siapa pengarangnya, berkembang dari mulut-kemulut sehingga tersebar dikalangan rakyat, dipergunakan dalampergaulan sehari-hari sampai pada saat sekarang ini, terutama pada masyarakat didesa-desa. Diantaraberbagai macam bahasa ikatan indonesia, pantunlah yang sangat terkenal. Pantun tersebar dinusantara, meskipun namanya mungkin berbeda-beda. Didaerah mulayu disebut pantun didaerah sunda disebut susunan, sisindiran, atau paparikan. Didaerah Jawa Tengah dan JawaTimur disebut paparikan, didaerah batak disebut juga umpama, dan di toraja disebut bolingoni.
Pantun menjadi alat anak-anak muda bergaul. Pada beberapa tempat didaerah melayu, di sumatra seperti Tapanuli, Minang Kabau, Lampung, dan sebagainya. Dalam kesempatan bertandang atau bertamu pemuda ketempat gadis pantun selalu dipakai. Dalam pertemuan itu mereka berpantun berbalas-balasan, sindir-menyindir untuk menngajuk perasaan lawannya. Pantun tidak saja dipakai sebagai pergaulan anak-anak muda, tetapi juga dipakai dalam pergaulan anak-anak muda, dan juga dipakai diupacara adat seperti dalam pidato memilih penghulu, upacara perkawinan, mempersilahkan makan, meminang melepas haji, dan sebagainya. Oarang-orang tua jika memberi nasehat, seolah-olah kata-kata mutiara. Maksudnya agar inti nasehat itu mudah diingat isinya. Untuk anak-anak muda yang mencari ilmu. Orang tua berpesan:
Berburu kepadang datar
Dapat rusa belang kaki
Berguru kepalang ajar
Ba’bunga kembang tak jadi
Nyanyian Judrug Di Surabaya, Nyanyian Gandrung Di Banyuwangi, Nyanyian Doger Di Jawa Barat, Kelong-Kelong Di Makasar, Tirik Dan Ahui Di Banjarmasin semua itu adalah pantun.
1.4.3 Perkembangan Dalam Pantun
Orang indonesia senang sekali menyatakan maksudnya dengan mempergunakan lambang-lambang sebagai suatu kiasan, kata-kata yang bunyinya menyerupai kata-kata lain dimaksudkan, kata-kata sindiran. Demikianlah pantun itu mengandung maksud. Hooykaas menyebutnya dengan bentuk-bentuk yang diselubungi. Didalam pantun lambang-lambang banyak dipergunakan. Untuk menikmati pantun arti-arti lambang, bunga, buah-buahan itu harus dipahami.
Contoh:
Kamboja , kembang tanah kuburan ialah lambang kematian, jeruk lambang
penolakan atas suatu pinangan, kumbang = pemuda , delima = gadis yang
cantik, sirih kuning = gadis tua, bunga = wanita/gadis, bulan = gadis. Dalam
dalam berkata-kata bentuk dan isi disusun dan diatur sebagus-bagusnya dengan
kiasan-kiasan dan sindiran, perbandingan dan ibarat, lambang-lambang dan
peribahasa.
Cara inilah yang seindah-indahnya menurut pandangan masyarakat lama.
Oarang cina berjual kayu
Orang keliling berjual kain
Bagaimana bunga tidak layu
Embun menitik ketempat lain
Pantun ini mengisahakan bagaimana seorang istri tidak akan merana karena kasih suaminya tercurah kepada wanita lain.
Untuk menghindarkan suatu ucapan jangan terlalu pedas, kadang-kadang orang sudah cukup hanya dengan mengucapkan sampiran saja dari sebuah pantun. Dengan sambil bergurau dikatakan : sudah gaharu cendana pula, kepada seorang yang menanyakan sesuatu yang telahdiketahui. Kura- kura dalam perahu, ditujukan kepada seseorang yang berpura-pura tidak tahu. Dahulu parang sekarang besi, harus diartikan dahulu sayang sekarang benci.
1.4.4 Pengertian dan Struktur Pantun
Pengertian pantun ialah puisi lama yang terikat oleh jumlah baris, jumlah suku kata persajakan dan isi. Tiap-tiap pantun dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian sampiran dan bagian isi. Bagian sampiran dua baris pertama kebanyakan tidak mengandung maksud. Yang diperlukan pada sampiran adalah sajaknya. Sampiran umumnya lukisan alam atau apa saja yang dapat di ambil sebagai kiasan atau cermin daripapda apa yang tersimpul didalam isi pantun. Bagian isi ialah dua baris terakhir yang mengandung maksud pantun.
Pantun yang baik harus ada hubungn antara sampiran dan isi. Sampiran hendaknya menjadi cermin daripada apa yang tersimpul dalam isi.
1.4.5 Syarat Pantun
Sebait pantun terikat oleh beberapa syarat yaitu, bilangan baris tiap bait adalah empat bersajak ab ab, banyak suku kata tiap baris 8-12 suku kata, pantun umumnya mempunyai sajak akhir. tetapi juga bersajak awal atau bersajak tengah, dan dua baris pertama berupa sampiran dua baris terakhir berupa isi.
1.4.6 Jenis Pantun Berdasrakan bentuknya
Jenis pantun beragam yaitu , pantun biasa terdiri dari empat baris, pantun kilat atau karmina terdiri dari dua baris, talibun yaitu pantun yang barisnya lebih dari empat sebait, tetapi genap, pantun berkait atau pantun berangkat.
Contoh pantun biasa:
Hujanlah hari rintik-rintik
Tumbuh cendawan belang kaki
Kami spantun telur itik
Kasihan ayam maka menjadi
Contoh karmina:
Dahulu parang sekarang besi
Dahulu sayang sekarang benci
Contoh talibun
Kalau anak pergi kelepau
Jual beli belanakpun beli
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi merantau
Ibu mencari sanak pun cari
Induk semang cari dahulu
1.4.7 Pantun Menurut Isinya
Pantun menurut isinya dapat dibedakan menjadi lima yaitu, pantun anak-anak, yang dibedakan lagi menjadi dua, pantun bersuka ria dan pantun berduka cita. Pantun orang muda, pantunorang tua, pantun jenaka dan pantun teka-teki.
Contoh pantun anak-anak bersuka ria
Elok rupanya kumbang jati
Dibawa itik pulang petang
Tidak berkata besar hari rini
Melihat ibu sudah datang
Contoh pantun berduka cita
Merpati terbang kejalan
Ibu belanak makan kerang
Bunda mati bapak berjalan
Melarat anak tinggal seorang
Contoh pantun orang muda
Asam pauh dari sebrang
Pohonnya rindang sangat lebat
Anak jauh dirantau orang
Kalau sakit siapa yang mengobat
Contoh pantun orang tua
Berburu kepadang datar
Dapat rusa belang kaki
Berburu kepalang ajar
Ba’bunga kembang tak jadi
Contoh pantun jenaka
Anak rusa dirumpun salak
Patah tanduknya ditimpa genta
Lidah kerbau bergerak-gerak
Melihat beruk berkaca mata
1.4.8 Fungsi Pantun

Secara sosial pantun memiliki fungsi pergaulan yang kuat, bahkan hingga sekarang. Dikalangan pemuda sekarang kemampuan berpantun dihargai. Pantun menunjukkan kecepatan seseoarang dalam berfikir dan bermain-main dengan kata. Seringkali bercampur dengan bahasa-bahasa lain namun secara umum peran sosial pantun adalah sebagai alat penguat penyampain pesan.




1.5 Hasil Pembahasan Tentang Pantun

Pantun memiliki sejarah dalam perkembangannya, pantun pada awalnya adalah senandung atau puisi rakyat yang dinyanyikan. Pantun memiliki kedudukan dalam pandangan masyarakat lama, sebagai alat komunuksi dalam pergaulan, perkembangannya dari mulut kemulut tidak diketahui siapa pengarangnya. Perkembangan dalam pantun itu sendiri seperti dikatakan oleh hooykaas menyebut pantun sebagai bentuk-bentuk yang diselubungi. Pengertian pantun itu sendiri adalah puisi lama yang terikat oleh jumlah baris, jumlah suku kata persajakan dan isi. Pantun memiliki beberapa syarat tertentu seperti jumlah suku kata tiap baris 8-12 dan umumnya sepuluh. Pantun dibedakan kedalam beberapa jenis yang berdasarkan pada bentuknya, yaitu pantun biasa pantun kilat atau karmina talibun dan pantun berkaiat, sedangkan berdasarkan isinya pantun dibedakan menjadi pantun anak-anak, pantun orang muda, pantun oarang tua, pantun jenaka dan pantun teka-teki. Serta memiliki fungsi sosial sebagai alat penguat penyampaian pesan.














BAB II PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Pantun merupakan puisi asli indonesia yang digolongkan kedalam bentuk puisi lama dengan memiliki beberapa syarat, yang terdiri dari aturan bait, baris, sajak dan isi. Baris pertama dan kedua merupakan sampiran sedangkan baris ketiga dan keempat merupakan isi.
2.2 Saran
Sebagai seorang Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia harus mampu memahami syarat-syarat pantun. Dalam karya sastra, khususunya karya sastra dalam bentuk puisi lama harus dapat menunujang dalam proses pembelajaran. 
DAFTAR PUSTAKA
http://mediasauna.multiplay.com/journal/item/5/pantun_dan_syair_dalam_kesusastraan_melayu _klasik_
Z.F zulfahnur, Djojosuroto, Suhita Sri. Apresiasi Puisi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta : 1996 .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar